Beranda

Kamis, 13 November 2014

Motivational Stories based on Reality

Pengusaha Sukses yang satu ini dulunya adalah seorang tukang sapu. Dan Tri Sumono begitu nama aslinya. Dan seorang pria kelahiran Gunung Kidul 7 Mei 1973 ini sekarang menjadi pengusaha sukses dengan omset ratusan juta rupiah tiap bulannya.
Tri Sumono hanyalah seorang lulusan SMA tanpa keahlian. Di tahun 1993 ia nekad merantau ke Kota Jakarta meskipun hanya berbekal tas berisi kaos dan ijazah SMA yang baru diperolehnya. Sesampainya di Jakarta Tri Sumono mulai mencari pekerjaan apa saja tanpa milih – milih. Hal ini ia lakukan demi untuk bertahan hidup.
Melalui Perusahaan CV 3 Jaya Tri Sumono mengelola banyak cabang usaha antara lain produksi kopi jahe sachet merek Hootri, peternakan burung, toko sembako serta pertanian padi dan jahe. Bisnis yang lainnya, yaitu penyediaan jasa pengadaan alat tulis kantor (ATK) ke berbagai perusahaan serta menjadi franchise produk Ice Cream Campina. Saya pun aktif jual beli properti, ujarnya.
Pekerjaan pertama yang ia dapat adalah menjadi buruh bangunan di Ciledug – Jakarta Selatan. Setelah beberapa bulan ia akhirnya dapat tawaran untuk jadi tukang sapu di sebuah kantor di Palmerah – Jakarta Barat. Tawaran untuk jadi tukang sapu langsung diambilnya tanpa pikir panjang. Serta dengan anggapan bahwa menjadi tukang sapu akan lebih mudah dibanding jadi kuli bangunan. Jadi dari tukang sapu kemudian diangkat menjadi office boy. Hal tersebut ia dapat lantaran kinerjanya yang sangat baik.
Setelah menjadi office boy ia kembali mendapat tawaran menjadi tenaga pemasar hingga karirnya menajak sampai menjadi penanggung jawab gudang. Selama bekerja di kantor Tri Sumono juga coba – coba mencari penghasilan tambahan. Ketika libur kantor atau setiap hari Sabtu dan minggu ia berjualan pernak pernik aksesori seperti kalung, jepit rambut dan lain – lain di Stadion Gelora Bung Karno. Dan usahanya ini ia lakoni selama 4 tahun dengan modal 100 ribu rupiah.
Dari pengalaman jualan ini kemudian ia berpikir bahwa usaha sendiri ternyata lebih menjanjikan dari pada jadi karyawan dengan gaji pas – pasan. Pada tahun 1997 ia nekad mundur dari pekerjaan kantor dan menekuni jualan aksesorinya hingga memiliki kios di Mall Graha Cijantung.
Tahun 1999 ia membeli rumah di Perumahan Pondok Ungu Bekasi Utara hasil dari hasil penjualan kios di Mall Graha Cijantung karena ditawar orang dengan harga mahal. Kemudian di tempat baru inilah perjalanan bisnis Tri dimulai. Saat itu ia langsung membuka toko sembako. Menurut Tri bisnis ini lumayan menjanjikan karena ke depannya, Perumahan Pondok Ungu tempatnya bermukim itu bakal berkembang dan menjadi ramai.
Pada saat itu Pondok Ungu masih terbilang sepi. Agar dapat meramaikan kawasan tempatnya tinggal, kemudian ia membangun sebanyak 10 rumah kontrakan yang di pasarkan dengan harga miring. Kebanyakan Rumah kontrakan ini disewa oleh pedagang keliling seperti penjual bakso dan gorengan. Cerdas sekali Tri Sumono, selain mendapatkan hasil dari rumah kontrakan, ternyata para pedagang itu juga meramaikan toko sembako miliknya. Setelah melihat toko sembako Tri mulai ramai, serta banyak warga di luar tempat tinggalnya mulai mengenal tokonya.
Seiring waktu berjalan naluri usahanya semakin menjadi. Di tahun 2006 Tri mulai tertarik dengan bisnis pembuatan sari kelapa. Dan dari beberapa kabar yang diperolehnya diketahui bahwa untuk membuat sari kelapa adalah proses dari fermentasi air kelapa murni dengan bantuan bakteri Acetobacter xylium. Untuk bisa produksi sari kelapa ini ia harus membeli bakteri salah satunya dari LIPI Bogor. Jadi Sari kelapa olahannya itu disalurkan ke beberapa perusahaan minuman di kawasan JaBoTaBek.
Suatu ketika ia bermasalah dengan produksi sari kelapanya. Karena kualitas sari kelapa olahannya menurun, maka order dari beberapa perusahaan mulai menurun hingga ia menghentikan produksinya. Tapi Tri tidak patah semangat, terus ia belajar bagaimana untuk menghasilkan sari kelapa yang baik dan berkualitas standar yang ditetapkan perusahaan. Kemudian seorang dosen di IPB ditemuinya dengan maksud untuk belajar fermentasi. Awalnya sang dosen enggan mengajari mengingat Tri yang hanya lulusan SMA pasti akan kesulitan menerima penjelasannya.
Keseriusan Tri untuk belajar dan kecerdikannya merayu, akhirnya Pak dosen pun mau mengajarinya selama dua bulan. Sesudah banyak mengantongi ilmu Tri pun memulai kembali produksi sari kelapanya. Setelah produk sari kelapanya lumayan memuaskan ia langsung memproduksi 10000 nampan dan bisa lolos ke perusahaan. Produksi yang pertamanya ini senilai Rp 70 juta. Kini justru terbalik, perusahaan antri mengambil olahan sari kelapanya. Sejak saat itulah perjalanan bisnis Tri Sumono terus maju dan berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar